Kemenkes Perluas Implementasi Wolbachia untuk Cegah DBD, Jakarta Barat dan Bandung Selanjutnya
Pemilihan Jakarta Barat dan Bandung sebagai wilayah ekspansi menunjukkan perhatian pemerintah terhadap penyebaran DBD di daerah urban
Mahadaya' Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia memperluas program implementasi nyamuk Wolbachia sebagai inovasi dalam upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD). Setelah berhasil melaksanakan pilot project di tiga kota, yaitu Semarang, Jawa Tengah; Bontang, Kalimantan Timur; dan Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kemenkes berencana melibatkan Jakarta Barat, DKI Jakarta, dan Bandung, Jawa Barat pada tahun 2024.
Sosialisasi dan penyebaran nyamuk Wolbachia dilakukan secara bertahap per Rukun Tetangga (RT) atau Rukun Warga (RW) di wilayah yang menjadi sasaran program. Pemerintah Daerah (Pemda) di lokasi penyebaran aktif melakukan kampanye edukasi melibatkan kader dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) untuk memastikan pemahaman masyarakat tentang kegunaan teknologi ini dalam penanggulangan DBD.
Sebelumnya, Kemenkes telah mengimplementasikan teknologi Wolbachia di tiga kota, di mana pilot project ini telah terbukti efektif dalam menekan penyebaran DBD. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue menjadi landasan hukum untuk melanjutkan program ini.
Wolbachia, bakteri alami yang ditemukan pada beberapa jenis nyamuk, telah digunakan secara berhasil di sembilan negara, termasuk Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Meksiko, Kiribati, Kaledonia Baru, dan Sri Lanka. Kesuksesan implementasi di negara-negara tersebut mendorong Indonesia untuk menerapkan teknologi ini sebagai bagian dari strategi pencegahan DBD.
Program ini diharapkan dapat menjadi langkah signifikan dalam menekan kasus DBD di Indonesia, yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat serius. Dengan perluasan program ke wilayah yang lebih luas, Kemenkes berharap dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dari risiko penularan DBD melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
What's Your Reaction?