Tragedi Kemanusiaan: Mayat-mayat Menumpuk di RS Al Shifa Gaza, Kondisi Rumah Sakit Mirip 'Kiamat'
Kesulitan penguburan dan gempuran militer membuat dokter, perawat, dan tenaga medis terjebak dalam situasi sulit, merawat pasien dengan sumber daya terbatas
Mahadaya' Jakarta - Rumah Sakit Al Shifa di Gaza menghadapi situasi yang mengejutkan dan tragis saat mayat-mayat pasien menumpuk di halamannya, hampir membusuk, karena sulitnya proses pemakaman akibat gempuran militer Israel. Para dokter di rumah sakit, terpaksa meletakkan jenazah di luar, karena upaya penguburan berisiko terhadap tembakan pasukan Israel, yang mengepung dan mengancam siapa pun yang mencoba meninggalkan gedung rumah sakit.
Berita ini disampaikan oleh saksi mata dan wartawan yang berada di lokasi, menggambarkan pemandangan di fasilitas medis terbesar di Gaza ini sebagai mirip "kiamat". Tank, pesawat tempur, dan penembak jitu Israel diyakini mengelilingi rumah sakit, dan siap menargetkan objek bergerak, tanpa membedakan antara petugas medis, pasien, atau warga sipil yang berlindung di dalamnya.
Pada Rabu (15/11), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mulai menyerang kompleks RS Al Shifa setelah menuduh milisi Hamas menggunakan fasilitas medis sebagai pusat komando dan operasional. Dokter di rumah sakit tersebut terpaksa meletakkan jenazah di halaman, karena krisis bahan bakar dan listrik mengakibatkan lemari pendingin yang digunakan untuk menyimpan jenazah tidak berfungsi.
Saksi mata, Mustafa Sarsour, melaporkan bahwa dokter dan perawat di RS Al Shifa Gaza sekarang terjebak, tidak dapat memberikan pelayanan medis secara optimal karena keterbatasan sumber daya. Selain itu, para petugas medis dihadapkan pada risiko yang sangat tinggi akibat ancaman tembakan oleh pasukan Israel.
Direktur Umum Rumah Sakit Al Shifa, Dr. Munir Al Bursh, melaporkan bahwa pasukan Israel telah melakukan penggeledahan di ruang bawah tanah rumah sakit pada Rabu (15/11) pagi waktu setempat. Meskipun IDF mengklaim bahwa rumah sakit ini digunakan oleh Hamas untuk keperluan militer, kelompok tersebut membantah tudingan tersebut dan menyebutnya sebagai narasi palsu yang dimaksudkan untuk memberikan "lampu hijau" bagi Israel untuk melanjutkan serangan ke Gaza.
Sementara korban tewas terus bertambah, mencapai 11.240 orang sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober, dunia menyaksikan tragedi kemanusiaan yang terus memburuk di Gaza. Puluhan ribu orang di kawasan tersebut terancam oleh serangan udara dan darat yang merenggut nyawa warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan.
What's Your Reaction?