Pari Jawa, Korban Pertama Punah dalam Daftar Merah IUCN: Dampak Buruk Ulakan Manusia pada Keanekaragaman Hayati Laut
Ikan Pari Jawa resmi menjadi korban pertama punah akibat ulah manusia, menurut pembaruan terbaru Daftar Merah IUCN
Mahadaya' Jakarta - Ikan Pari Jawa atau Java Stingaree (Urolophus javanicus) telah menjadi korban pertama punah yang disebabkan oleh ulah manusia, menurut pembaruan terbaru Daftar Merah Spesies Terancam Punah dari Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Kabar ini disampaikan bersamaan dengan laporan mengenai peningkatan dampak iklim terhadap ikan air tawar pada Konferensi Tingkat Tinggi Iklim COP28.
Julia Constance, seorang ahli biologi konservasi dari Charles Darwin University, melakukan penilaian terhadap keberlangsungan ikan Pari Jawa. Ikan ini, seukuran piring makan, pertama kali terdokumentasi pada tahun 1862 dari satu spesimen yang dikumpulkan dari pasar ikan di Jakarta. Meskipun telah dilakukan pemantauan ekstensif dan upaya survei, tidak ada lagi yang ditemukan sejak saat itu.
Menurut Constance, penangkapan ikan secara intensif dan tanpa pengaturan merupakan ancaman utama yang menyebabkan penurunan populasi ikan Pari Jawa. Hasil tangkapan ikan pesisir di Laut Jawa sudah menurun sejak tahun 1870-an. Wilayah industri besar, khususnya Teluk Jakarta, tempat spesies ini ditemukan, mengalami kehilangan dan degradasi habitat yang menyebabkan kepunahan ikan ini.
Daftar Merah IUCN mencatat setidaknya 120 ikan laut yang terancam punah, termasuk ikan skate Maugean di Tasmania yang terkena dampak polusi dari limbah peternakan industri, seperti peternakan salmon Atlantik. Industri yang mendapat manfaat dari praktik-praktik ini dituduh tidak transparan.
IUCN juga mencatat lebih dari 44 ribu spesies yang berada di ambang kepunahan, hampir 30 persen dari spesies yang dinilai. Data mengejutkan juga menunjukkan bahwa seperempat spesies ikan air tawar berada dalam risiko kepunahan, 20 persennya terkena dampak langsung perubahan iklim.
Kathy Hughes dari IUCN SSC menekankan pentingnya ikan air tawar bagi keberlanjutan ekosistem air tawar, yang mencakup hanya 1 persen dari habitat perairan, namun mendukung lebih dari separuh spesies ikan yang dikenal di dunia. Kematian massal ikan di berbagai lokasi, dari sungai di pedalaman Australia hingga pantai Thailand, terus meningkat, dengan manusia disalahkan karena pengambilan air berlebihan dan polusi.
Punahnya spesies akuatik ini memperingatkan para pengambil keputusan tentang urgensi restorasi alam skala besar, seperti yang ditekankan oleh Claire Baffert, Senior Water Policy Officer di Kantor Kebijakan Eropa WWF.
What's Your Reaction?