Mesir Gelontorkan Rp900 Triliun untuk Megaproyek Baru: Ibu Kota Futuristik di Gurun Pasir
Mesir berharap NAC tidak hanya menjadi pusat administratif tetapi juga pusat teknologi tinggi di masa mendatang
Mahadaya' Jakarta - Mesir telah meluncurkan megaproyek ambisius senilai US$58 miliar atau setara dengan Rp900 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.531 per dolar AS) untuk membangun ibu kota baru yang menjanjikan di Gurun Pasir, sekitar 45 km di timur Kairo. Proyek ini, dikenal sebagai New Administrative Capital (NAC), menjadi megaproyek terbesar di era Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, yang memerintah sejak 2014.
Meski dimulai pada 2015, sejumlah faktor telah menyebabkan keterlambatan proyek ini. Meskipun begitu, Khaled Abbas, Ketua Administrative Capital for Urban Development (ACUD), menyatakan bahwa sekitar 48 ribu karyawan dari berbagai kementerian dan lembaga Mesir telah beralih ke NAC sejak Juni 2023.
Tujuan utama proyek ini adalah mengakomodir pertumbuhan populasi yang diinginkan oleh Presiden al-Sisi, yakni mencapai 105 juta jiwa atau pertumbuhan 1,6 persen setiap tahun. Meskipun beberapa pihak mengkritik proyek ini karena potensi peningkatan utang Mesir, pemerintah berharap NAC akan menjadi pusat administratif dan teknologi tinggi di masa mendatang.
Dalam tahap pertama pembangunan, NAC telah melibatkan berbagai infrastruktur canggih, termasuk menara setinggi 70 lantai, gedung opera dengan lima aula, masjid besar, dan katedral terbesar di Timur Tengah. Pada aspek transportasi, kereta listrik dari Kairo timur sudah beroperasi sejak musim semi lalu, sementara monorel layang dijadwalkan akan dimulai pada kuartal kedua tahun 2024.
Pembangunan tahap pertama juga mencakup pembangunan 100 ribu unit rumah yang sudah selesai, dengan 1.200 keluarga yang telah pindah ke NAC. Selain itu, proyek ini berhasil menarik minat bank-bank besar dan pelaku bisnis lainnya, yang diharapkan akan merelokasi kantor pusat mereka ke NAC pada kuartal pertama 2024.
Khaled Abbas mengungkapkan bahwa investasi tahap pertama mencapai 500 miliar pound Mesir atau sekitar Rp250 triliun. Tahap kedua dijadwalkan akan dimulai akhir tahun ini hingga 2027 mendatang, dengan kebutuhan investasi mencapai 250 miliar pound Mesir-300 miliar pound Mesir, setara dengan Rp150 triliun. Rencana untuk tahap ketiga dan keempat juga masih dalam perencanaan.
Meskipun proyek ini tidak luput dari kritikan, pemerintah Mesir optimis bahwa NAC akan menjadi simbol modernitas dan teknologi tinggi di kawasan tersebut, membuka peluang ekonomi baru dan meningkatkan daya saing negara di tingkat global.
What's Your Reaction?