Mengulas Perjanjian Paris di Tengah Konferensi Iklim COP28: Ambisi dan Tantangan Menuju Masa Depan Berkelanjutan
Konferensi iklim COP28 mempertegas perlunya tindakan lebih cepat dan ambisius untuk menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin parah
Mahadaya' Jakarta - Isi kesepakatan Perjanjian Paris menjadi pusat perhatian dalam konferensi iklim COP28 yang sedang berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab. Dengan poin utama membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius pada 2030, perjanjian ini menggambarkan tekad global untuk melawan perubahan iklim.
Perjanjian Paris, diadopsi pada COP21 di Paris pada Desember 2015, melibatkan 196 negara dan resmi berlaku pada November 2016. Tujuannya adalah menjaga pemanasan global jauh di bawah 2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri dan berupaya membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celsius.
Namun, realitas terkini menunjukkan bahwa kenaikan suhu sudah mencapai sekitar 1,4 derajat Celsius di atas baseline pra-industri hingga akhir Oktober. Hal ini menggarisbawahi urgensi untuk aksi lebih lanjut guna mencapai target ambisius Perjanjian Paris.
Proses implementasi perjanjian ini melibatkan kontribusi nasional masing-masing negara, dikenal sebagai Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC). Setiap negara diminta untuk memperbarui NDC mereka setiap lima tahun dengan tingkat ambisi yang semakin tinggi.
Pentingnya membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius diperkuat oleh penelitian Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB. Mereka menunjukkan bahwa melebihi ambang batas tersebut dapat mengakibatkan dampak perubahan iklim yang lebih parah, termasuk kekeringan, gelombang panas, dan perubahan pola hujan yang ekstrem.
Selain target mitigasi, Perjanjian Paris menekankan pentingnya adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Negara maju juga diwajibkan memberikan bantuan keuangan dan dukungan teknologi kepada negara berkembang yang lebih rentan terhadap dampak tersebut.
Prosedur internasional, seperti Kerangka Transparansi Ditingkatkan (ETF), memastikan transparansi dalam pelaporan dan mengevaluasi kemajuan kolektif. Ini melibatkan laporan tentang tindakan mitigasi, langkah-langkah adaptasi, dan dukungan yang diberikan atau diterima oleh masing-masing negara.
Dalam konteks ini, pendanaan iklim menjadi kunci untuk mendukung negara-negara dalam mencapai target mereka. Perjanjian Paris memberikan penekanan khusus pada peningkatan kapasitas di negara-negara berkembang, yang seringkali kurang mampu mengatasi dampak perubahan iklim.
Meskipun Perjanjian Paris menggambarkan kesepakatan global yang monumental, tantangan tetap ada. Negara-negara perlu mempercepat aksi mereka, memperkuat NDC, dan meningkatkan kolaborasi internasional. Implementasi yang berhasil membutuhkan kerjasama yang erat antara negara maju dan berkembang, serta sektor publik dan swasta.
Sebagai perhatian khusus di COP28, para delegasi mencari cara untuk meningkatkan ambisi global dalam menghadapi perubahan iklim. Sementara tantangan besar masih ada di depan, Perjanjian Paris memberikan kerangka kerja yang diperlukan untuk mencapai dunia yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
What's Your Reaction?